Translator

Kamis, 15 November 2012

ALGAE MERAH (RED ALGAE)


 Rumput laut (algae laut bentik) yang bernilai ekonomis penting di Indonesia diantaranya adalah jenis Rhodophyta (algae merah).  Algae merah ditandai oleh sifat-sifat sebagai berikut :
  • Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk.
  • Reproduksi seksual dengan karpogonia dan spermatia.
  • Pertumbuhan bersifat uniaksial (satu sel di ujung thallus) dan multiaksial (banyak sel di ujung thallus).
  • Alat pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak.
  • Mempunyai pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeretrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru).
  • Bersifat adaptasi kromatik, yaitu mempunyai penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna “thalli” seperti : pirang, violet, merah tua, merah muda, coklat, kuning, dan hijau.
  • Mempunyai persediaan makanan berupa kanji (floridean starch).
  • Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, karagenan, porpiran, dan furselaran.

Salah satu spesies yang dibudidayakan di Indonesia adalah Eucheuma spp.  Adapun sistematika klasifikasi botani adalah sebagai berikut :
Divisio       : Rhodophyta
Class         : Rhodophyceae
Bangsa      : Gigartinales
Suku          : Solieriaceae
Marga        : Eucheuma
Jenis          : Eucheuma spp.


 Eucheuma spinosum


Eucheuma cottonii


Tidak kurang dari dua puluh jenis Eucheuma dapat dikenal daerah Indo-Pasifik yang terbagi kedalam dua seksi berdasar struktur selnya, yang pertama adalah seksi “axifera” (berstruktur sel memusat) dan yang kedua adalah “unaxifera” (berstruktur sel tidak memusat).  Ciri-ciri umum dari marga ini adalah :
  • Thalli (kerangka tubuh tanaman) bulat silindris atau gepeng.
  • Berwarna merah, merah-coklat, hijau-kuning, dan sebagainya.
  • Bercabang berselang tidak teratur, di atau trikhotomous.
  • Mempunyai benjolan-benjolan (blunt nodule) dan duri-duri (spines).
  • Substansi thalli “gelatinus” dan atau “kartiagenus” (lunak seperti tulang rawan).
 Beberapa jenis diantaranya terdapat di Indonesia.  Setiap jenis mempunyai nama daerah yang berbeda-beda.  Tetapi secara umum disebut agar-agar.  Khusus untuk Eucheuma spinosum misalnya, di Ujung Pandang disebut agar-agar kasar, di Pulau Seribu dinamakan agar-agar patah tulang, di Sulawesi Tenggara biasa disebut agar-agar kembang, dan di Pulau Seram dinamakan agar-agar geser dan pulu.

Eucheuma umumnya terdapat di daerah tertentu dengan persyaratan khusus.  Kebanyakan tumbuh di daerah pasang-surut (ntertidal) atau pada daerah yang selalu terendam air (subtidal) melekat pada substrat di dasar perairan yang berupa karang batu mati, karang batu hidup, batu gamping, atau cangkang moluska.  Umumnya mereka tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu (reef), karena di tempat inilah beberapa persyaratan untuk pertumbuhannya banyak terpenuhi, antaranya faktor kedalaman, pencahayaan, substrat, dan gerakan air.  Pertumbuhan cenderung lebih baik di daerah dekat batas pasang-surut tahunan terendah.  Biasanya pada kedalaman sekitar 30-50 cm waktu surut terendah.  Habitat khas adalah daerah yang dapat aliran air laut yang tetap, mereka lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat batu karang mati.  Algae ini tumbuh mengelompok dengan berbagai jenis rumput laut lainnya membentuk populasi campuran.  Pengelompokan ini tampaknya penting dan saling menguntungkan diantaranya dalam hal penyebaran spora.

Beberapa jenis Eucheuma penting dalam dunia perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak karagenan.  Zat ini adalah suatu fikoloid yang berupa polisakharida.  Contoh senyawa karagenan adalah asam karagenat yang terdiri dari kalsium karagenat dan potasium karagenat.  Prosentase karagenan berkisar antara 54-73% bergantung pada jenis dan lokasi.  Di Indonesia karagenan berkisar antara 61,5-67,5%.  Fraksi pertama larut dalam air panas, yang kedua larut dalam air dingin, sedangkan yang ketiga larut dalam air panas dan air dingin.  Dewasa ini ekstrak karagenan telah meluas pemakaiannya untuk berbagai kebutuhan di berbagai industri.  Misalnya ia berfungsi sebagai penebal, pengemulsi, penstabil, pengental, dan pengikat substansi pada industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas, keramik, karet, dan lain-lain.  Disamping karagenan, dalam Eucheuma masih terdapat lagi beberapa zat organik lain seperti protein, lemak, serabut kasar, abu, dan air.  Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottonii terutama dari hasil budidaya di Indonesia, kebanyakan untuk komoditi ekspor.  Sedangkan beberapa jenis lainnya di beberapa tempat dimanfaatkan untuk konsumsi dalam negeri sebagai bahan makanan tambahan.

Beberapa jenis Eucheuma spp yang ada di Indonesia beserta sebarannya adalah :
E. spinosum         : P. Seribu, Selat Sunda, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Sumbawa, Riau.
E. edule               : P. Seribu, Bali, Sulawesi Tenggara, Maluku, Sulawesi Tengah.
E. serra               : Bali.
E. cottonii            : Sulawesi Tengah, Maluku, Sumbawa, Sulawesi Tengah.
E. crassum          : Sulawesi Tenggara dan Maluku.
E. urnoldhii          : Bali dan Maluku.
E. leewenii           : Jawa.
E. crustaeforme   : Sulawesi Utara.
E. horizontal        : Sulawesi Selatan.
E. adhaerens       : Maluku.
E. vermiculare     : P. Seribu.
E. dichotomum     : P. Seribu dan Maluku.
E. cervicorne       : Maluku.
E. striatum           : P. Seribu.
E. simplex            : Maluku.



Gracilaria spp.
Algae ini termasuk marga Gracilaria, suku Gracilariaceae, bangsa Gigartinales, divisio Rhodophyta (Algae merah).  Di Indonesia algae ini mempunyai berbagai nama menurut daerah, misalnya bulung sangu (Bali) dan rambu kasang (Jawa Barat).
Ciri umum marga :

  • Thalli berbentuk silindris atau gepeng dengan percabangan mulai dari yang sederhana sampai kepada yang rumit dan rimbun.
  • Di batas percabangan umumnya bentuk thalli agak mengecil.
  • Perbedaan bentuk, struktur, dan asal usul pembentukan organ reproduksi sangat penting dalam pembedaan jenis.
  • Warna thalli beragam mulai dari warna hijau-coklat, merah, pirang, merah-coklat, dan sebagainya.
  • Substansi thalli menyerupai gel atau lunak seperti tulang rawan.

 Sebanyak 160 jenis Gracilaria tersebar di seluruh dunia.  Di Indonesia tidak kurang daripada 15 jenis yang telah diketahui tersebar diberbagai daerah.  Jenis-jenis tersebut antara lain adalah :
Gracilaria arcuata
G. coronopifolia
G. crassa
G. echeumioides
G. foliifera
G. blodgettii
G. incurvata
G. lichenoides
G. cylindrical
G. verrucosa

Jika dibandingkan dengan jumlah jenis yang terdapat di negara-negara lain, keanekaragaman di Negara kita termasuk tingkat sedang.  Di Cina terdapat 34 jenis, di Jepang 17 jenis, di Taiwan 8 jenis, di Philipina 18 jenis, di Micronesia 10 jenis, dan di California 16 jenis.


Gracilaria lichenoides

  Gracilaria  foliifera

Pertumbuhan Gracilaria umumnya lebih baik di tempat dangkal daripada di tempat dalam.  Substrat tempat ia melekat dapat berupa batu, pasir, lumpur, dan lain-lain.  Kebanyakan lebih menyukai intensitas cahaya yang lebih tinggi, suhu merupakan factor penting untuk pertumbuhan dan pembiakan.  Optimum suhu untuk pertumbuhan adalah antara 200C-280C.  Tumbuhan pada kisaran kadar garam yang besar, dan tahan sampai kadar garam 500/00.  Dalam keadaan basah dapat tahan di atas permukaan air (exposed) selama satu hari.

Algae jenis ini termasuk kelompok penghasil agar-agar (Agarophyte).  Kandungan agarnya beragam menurut jenis dan lokasi pertumbuhannya.  Umumnya berkisar antara 16 – 45%.  Di Indonesia merupakan algae ekonomis penting untuk bahan baku pabrik agar dalam negeri, disamping sebagai bahan mata dagangan (komoditi) ekspor.  Kandungan agarnya yang di Indonesia mencapai 47,34% Gracilaria spp.  Produksinya masih bergantung sepenuhnya dari sediaan alami.  Usaha pembudidayaan masih dalam tahap awal berupa percobaan yang umumnya dilakukan di tambak.

Karagenan dari beberapa jenis algae


Kandungan karagenan dan agar dalam beberapa jenis algae ekonomis dari berbagai negara (dalam %)

NB:
Kalau sobat netter berminat literatur aslinya bisa langsung download disini (literatur dalam format jpg)......gratis

For further information :
Kadi, A. dan Atmadja, W.S.; Rumput Laut (Algae); P3O-LIPI; Jakarta; 1988

Tidak ada komentar:

Posting Komentar