Tembaga
memiliki nama kimia cupprum dan
dilambangkan dengan Cu. Unsur logam ini
berbentuk kristal dengan warna kemerahan.
Dalam sistem periodik unsur kimia, tembaga menempati posisi dengan nomor
atom (NA) 29 dan mempunyai berat atom (BA) 63,546.
Tembaga
dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas di alam akan tetapi lebih banyak
ditemukan dalam bentuk senyawa padat (mineral).
Di perairan tembaga dapat ditemukan dalam bentuk senyawa ion seperti
CuCO3- dan CuOH-. Pada batuan mineral tembaga dapat ditemukan
dalam bentuk :
- chalcocote (Cu2S)
- covellite (CuS)
- chalcopyrite (CuFeS2)
- bornite (Cu5FeS4)
- enargite (Cu3(AsSb)S4)
Selain
dari bentuk mineral tersebut logam tembaga juga banyak ditemukan dalam bentuk
teroksidasi seperti bijih :
- cuprite (Cu2O)
- tenorite (CuO)
- malachite (CuCO3.Cu(OH)2)
- azurite (2CuCO3.Cu(OH)2)
- chrysocolla (CuSiO3.2H2O)
- bronchantite (Cu4(OH)6SO4)
Pada
umumnya Cu diperoleh dari hasil penambangan.
Untuk mendapatkan produksi Cu yang baik harus melalui tahapan proses
yang meliputi penghalusan bijih Cu, pemekatan secara flotasi, pembakaran pada
suhu 600 sampai 8000C untuk menghilangkan kandungan belerangnya dan
proses peleburan dengan cara pembakaran pada suhu 1.100 sampai 1.6000C.
Bentuk
akhir dari logam Cu yang diperoleh dari rangkaian proses tersebut adalah Cu
dalam bentuk campuran sulfida sebesar 30 sampai 35% dengan FeS. Belerang yang ada diuapkan dengan cara
penambahan suatu senyawa silikon, yang mana akan mengubah FeS besi oksida untuk
kemudian dihilangkan. Hasilnya adalah
logam tembaga yang masih rapuh dan masih mengandung sedikit belerang dan
besi. Selanjutnya dilakukan pembakaran
logam tersebut dalam tungku reverberatory
atau dimasukkan kedalam anoda untuk dielektrolisa dengan larutan CuSO4
yang diasamkan. Logam Cu murni akhirnya
akan didapatkan dari slime yang mengendap pada dasar tangki elektrolisa.
Cu
dikelompokkan kedalam metalloenzim dalam sistem metabolisme. Logam Cu dibutuhkan untuk sistem enzim
oksidatif seperti enzim askorbat oksidase, sistikrom C oksidase, polyfenol
oksidase, amino oksidase dan lain-lain. Cu
juga digunakan sebagai kompleks Cu-protein yang mempunyai fungsi tertentu dalam
pembentukan haemoglobin, kolagen, pembuluh darah dan myelin otak. Cu juga terlibat dalam proses pembentukan
energi untuk metabolisme serta dalam aktivitas tirosin. Meski sangat dibutuhkan oleh manusia, logam
Cu akan berbalik menjadi bahan racun bila masuk dalam jumlah berlebihan.
Pada manusia, keracunan Cu secara kronis dapat
dilihat dengan timbulnya penyakit Wilson dan Kinsky. Gejala penyakit Wilson ini adalah terjadi hepatic cirrhosis, kerusakan pada otak
dan demyelinasi serta terjadinya penurunan kerja ginjal dan pengendapan Cu
dalam kornea mata. Penyakit Kinsky dapat
diketahui dengan terbentuknya rambut yang kaku dan berwarna kemerahan pada penderita. Sedangkan pada kerang bila dalam tubuhnya
telah terakumulasi Cu dalam jumlah tinggi maka bagian otot tubuhnya akan
memperlihatkan warna kehijauan. Hal itu
dapat menjadi petunjuk apakah kerang tersebut masih bisa dikonsumsi oleh manusia.
Dalam
darah. Cu terdapat dalam dua bentuk ionisasi yaitu Cu+ dan Cu++. Apabila jumlah Cu dalam kedua bentuk itu yang
terserap berada dalam jumlah normal (berada pada titik keseimbangan dengan
kebutuhan tubuh) maka sekitar 93% dari serum-Cu berada dalam seruloplasma dan
7% lainnya berada dalam fraksi-fraksi albumin dan asam amino. Serum Cu-albumin ditransportasikan kedalam
jaringan-jaringan tubuh. Cu juga berikatan
dengan sel darah merah (SDM) sebagai eritrocuprein, yaitu sekitar 60% SDM-Cu
sedangkan sisanya merupakan fraksi-fraksi yang labil. Darah selanjutnya akan membawa Cu kedalam
hati, yang mana merupakan tempat penyimpanan Cu yang paling besar yang diterima
dari fraksi serum Cu-albumin. Dari hati
Cu dikirimkan kedalam kandung empedu, kemudian dikeluarkan kembali ke usus yang
selanjutnya dibuang melalui feces.
for further
information :
Pencemaran &
toksikologi logam berat; Drs. Heryando Palar; Rineka Cipta; 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar